Sunday, February 21, 2016

My prince Deri

Deri, nama cowok idaman di sekolah ku. Bertubuh tunggi, putih, dan mempunyai satu lesung pipit di pipi kirinya. semua cewek di sekolahan mengidamkan dia termasuk aku. aku berharap suatu saat bisa berkenalan dengan dia. Walaupun kelas kita jauh jaraknya, tapi aku tidak pernah kehilangan akal untuk memperhatikannya. "Kamu sedang melihat apa Ra ? liatin Deri kamu ya ?" tanya Novi sambil tersenyum dan mengangkat kedua alisnya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Novi itu. "Ha..ha..ketahuan," ledek novi. Aku sedikit mengakuinya.walaupun sebenarnya dalam hati aku menjawab iya. Tapi sebagai cewek aku gengsi mengakuinya. *** Suara mobil membangunkan ku tengah malam. Aku berjalan ke teras rumahku melihat apa yang terjadi. Ternyata kedua orang tua ku sudah ada disana sejak tadi. "Ada berisik apa Ma,Pa ?" "Itu ada penghuni baru di rumah sebelah Yura." jawab mama sambil tersenyum menyembunyikan sesuatu. "Besok kita ada tetangga baru Ra." Papa menimpali perkataan mama. "Memang siapa yang pindah Ma,Pa ?" "Besok saja kamu kenalannya, sekarang tidur lagi sana besok terlambat km masuk sekolahnya." Aku pun kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurku. Kukuruyuk...ayam pun mulai menyanyi tanda hari baru telah tiba. Aku beranjak dari tempat tidur dan mulai bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat aku selalu berdiri di depan cermin untuk memastikan penampilan ku. Maklum penpilan nomer satu buat ku. Karena jarak sekolah tidak jauh dari rumah, aku hanya berjalan kaki. Aku pun mulai berjalan seperti biasa. "Ehm..". Terdengar seperti suara yang di tujukan kepadaku. "Ehm..ehm..." Suara itu terdengar lebih keras. Dengan reflek aku menengok kebelakang. Tak disangka ternyata cowok yang aku idamkan selama ini berdiri tepat di belakangku. "Nama kamu Yura kan ?" Aku sedikit tidak percaya bagaimana dia bisa tau namaku. padahal kita belum pernah kenalan di sekolah. Jarak kelas ku dan dia agak jauh. "Hei..kenapa melamun ?" "nggak apa-apa kok." "Kenalkan aku Deri." Yes! aku bersorak dalam hati. padahal aku sudah tahu namanya. Kami pun berjalan menuju sekolah bersama. Seperti mimpi bisa berangkat bareng berdua sama Deri. Dan bisa melihat Deri dari dekat itu rasanya seperti mimpi. bisanya aku hanya bisa melihat Deri dari balik jendela kelas. "Kamu kenapa pindah di perumahan ini Der ?" tanyaku spontan. "Anu..em..." Tanpa melanjutkan penjelasannya dia pun langsung mengalihkan pembicaraan. "Ciee.ciee.." ledek Novi dan Fera. "apaan sih kalian ini." "Yang punya tengga baru." Novi sambil tersenyum. "Apalagi tetangga barunya cowok idaman, pasti seneng." Fera menimpali. "Ha..ha.. kalian bisa aja." Sambil munyembunyikan senyumku. *** Sepulang sekolah Deri menghampiriku ke kelasku. Semua perhatian temen sekelas tertuju padaku. Dengan rasa percaya diri yang kuat aku langsung menghampiri Deri. "Pulang bareng yok ra." Ajaknya sambil tersenyum. terlihat senyum pipitnya yang hanya ada satu. "ayok Der. Dengan senang hati." Banyak murid-murid lain memperhatikan kita berdua. Mungkin mereka sirik karena melihat kedekatanku dengan Deri. "Ra, sebenarnya aku pindah karena sikapku yg terlalu nakal. Dulu waktu rumahku jauh dari sekolah,aku dibelikan motor. Aku selalu pulang malam. Aku selalu kumpul dengan teman-temanku. Sekarang karena rumahku sudah dekat dari sekolah jadi Papa melarangku membawa motor." "Apa kamu nggak capek jalan kaki, kan biasanya naik motor ?" "Kan bareng kamu jadi nggak terasa." Aku tau itu gombal tapi entah kenapa aku senang mendengarnya. Hubungan kami pun semakin dekat. Dia sering mengunjungi rumahku untuk belajar bersama. Mamaku pun senang dengan sikap Deri yang sopan. *** Hari itu kami belajar kelompok di rumahku seperti biasa. Sambutan Mama sangat lembut. "Mau kelompok sama yura lagi ya Der ? "Iya tante." Aku pun berjalan dari kamarku. Kami pun mengulang pelajaran di sekolah tadi. Aku merasa Deri memperhatikanku dari tadi. Aku tidak mau terlalu percaya diri. Tiba-tiba Deri menyodorkan sebuah buku padaku. "Ini Ra, baca halaman akhir buku ini." Aku pun mengambil buku itu dan langsung melihat halaman terakhir. Tak ku sangka di bagian akhir buku itu tertulis kata "I LOVE U YURA". "Ini apa Der?" "Isi hatiku. aku nggak mau Mamamu dengar jadi aku tulis dibuku." "Apa kamu serius dengan ini Der ?" "Iya Ra. apakah km mau jadi pa R aku Ra ?" "Iya Der aku mau." Jawabku dengan gembira. Mulai saat itu hari-hariku berubah. Deri yang dulu hanya bisa aku liahat dari belakang jendela sekarang menjadi orang yang spesial dalam hidupku.

Ritaku Sayang Ritaku Malang

Semakin hari Dewi semakin gamang dengan sikap sahabat karibnya. Walaupun banyak perkataan orang yg semakin hari semakin tidak enak didengar, tetapi dewi tidak mudah percaya begitu saja. Rita adalah sahabatnya dari kecil yang sedang mengalami kegalauan hati. Namun sekarang, sikap rita berubah setelah kedua orang tuanya memutuskan berpisah. Dia sering bertindak tidak semestinya anak perempuan. Pasti itu hal yg sulit diterima untuk remaja seperti kami. Dewi merasa iba dan selalu memberi masukan kepada sahabatnya itu. "kenapa sikap kamu berubah ta ?" Rita hanya terdiam sambil menatap wajah dewi. "kenapa hanya diam ?, jawab aku ! aku ini sahabatmu." Tanpa sepatah kata Rita pun langsung pergi meninggalkan Dewi. Dewi semakin khawatir dengan sikap sahabatnya itu. Dia kembali mengingat masa-masa dimana mereka tertawa bersama, saat dimana kedua orang tua Rita masih bersama. Rita memang anak yang pintar dan suka menolong. Berkali-kali ia membantu putri yang kesulitan dalam hal ekonomi. "Put, gunakan saja uang tabunganku ini untuk membayar SPP kamu yang kurang." "apakah kamu yakin mau membantu ku ta ?" "sudahlah, pakai saja, aku ikhlas." sambil tersenyum Rita menatap wajah putri. Rita memang perempuan yang baik. Dia tidak memilih-milih orang dalam menolong. walau dia hidup berkecukupan , tetapi dia selalu tampil sederhana. Sekaranglah Rita merasakan ujian terberat dalam hidupnya. Dewi terus berusaha untuk mengembalikan Rita seperti dulu lagi. teman-teman yang lain pun ikut merasakan perubahan sikap Rita. "Rita kenapa dew, sikapnya berubah ?" Agus bertanya heran kepadaku. "aku juga kurang mengerti gus, mungkin karna orang tuanya memutuskan berpisah." "memangnya kamu tidak tanya lansung alasannya dengan Rita dew ?" Lukman menimpali. "percuma man, aku sudah pernah beberapa kali nasehatin dia, tetapi dia langsung pergi begitu saja." Setelah perbincangan yang sengit itu, dewi pun segera menemui Rita. "Ta, aku ini sahabatmu dari kecil, jadi, jika kamu ada masalah kamu bisa cerita ke aku." "kamu tahu tidak dew yg aku rasain sekarang ? sakit dew, di dalam dada ini rasanya seperti tertusuk duri yang sangat tajam." "tapi km tidak boleh melampiaskannya ke hal yang negatif. aku sudah mendengar kabar orang tua mu yang berpisah, tapi itu jangan membuatmu semakin terpuruk seperti ini." Rita langsung menangis di pelukan dewi tanpa mampu berkata-kata lagi. Dewi pun mengerti dan berusaha menenangkan rita. "ungkapkan keluh kesah mu itu, dan kita bisa mencari jalan keluarnya bersama." "aku belum siap semua ini terjadi dew. aku masih ingin merasakan kasih sayang kedua org tua, tapi mereka bepisah tanpa memikirkan perasaanku." -setelah rita mengungkapkan semua perasaan yg dia rasakan. dewi pun mengajak rita ke suatu tempat. tempat dimana mereka selalu kunjungi saat merasa sedih. "kamu inget tempat ini kan ta ?" Rita pun memandang sekeliling yang sudah tidak asing baginya. "dulu kita selalu kesini saat kita sedih. inget kan. Danau ini selalu memberikan keindahannya agar kita tidak bersedih." "kamu benar dew. aku merasa tempat ini mampu menenangkan pikiran ku." "mungkin sulit bagi remaja seusia kita untuk menerima perpisahaan seperti kedua orang tua mu. Tetapi mungkin itu adalah jalan terbaik yang bisa mereka ambil untuk kedepannya." "aku tahu selama ini aku egois. dan aku sadar perbuatanku selama ini salah." "aku ingin kita bisa seperti dulu lagi. saat dimana kita susah senang bersama." "maafin aku dewi." "iya rita, aku akan selalu memaafkan kamu. karena kamu sahabatku." dewi pun langsung memeluk sahabatnya itu. obrolan mereka akhirnya berakhir saat matahari sampai di ufuk barat. akhirnya secara perlahan rita kembali seperti semula. rita yg pintar, baik, dan suka menolong. aku pun senang, dan somoga persahabatan kita akan selalu terjaga. Selesai...........